Gereja Santo Vincentius a Paulo Gunung Putri tidak dibangun dari kemewahan, melainkan dari keberanian umat kecil yang setia. Mereka bukan orang-orang berkecukupan, tapi mereka punya iman yang tidak bisa dibeli.

Dulu, mereka memulai dari sebuah lingkungan kecil. Ketika mulai membangun kapel, mereka justru menghadapi penolakan, bahkan perusakan. Tapi mereka tidak gentar. Mereka memilih bertahan. Dan perlahan, dengan air mata dan doa, lingkungan ini tumbuh menjadi sebuah stasi, hingga akhirnya menjadi paroki yang hidup.

Namun kini, gereja yang mereka perjuangkan bertahun-tahun itu kembali menghadapi tantangan.

Atapnya bocor, dindingnya mulai rapuh, bangunannya tak lagi layak menampung semangat umat yang terus bertumbuh.

Tapi mereka tidak berhenti.

Dengan segala keterbatasan, mereka terus datang setiap minggu. Mereka tetap memuji Tuhan di balik genteng yang lapuk, di bawah atap yang meneteskan air. Karena bagi mereka, gereja ini bukan soal kenyamanan tapi tentang iman, perjumpaan dan pengharapan.

Kini, mereka tak bisa berjalan sendiri. Mereka membutuhkan kita.

Melalui BAKKAT, mari kita bersatu membantu mereka.

Mari kita bangun kembali rumah Tuhan ini bukan hanya dengan dana tapi dengan cinta, kepedulian dan solidaritas.

Karena di sanalah, Iman itu hidup.